Andai Aku Jadi Presiden

Sewaktu kecil, saya punya keinginan jadi presiden. Jadi presiden itu enak, bisa naik pesawat terbang . . . . seperti Pak Habibie (nyanyi). Jadi presiden itu enak, bisa minta ini, minta itu ke orang - orang. Kemana - mana dibayari (oleh negara, tentunya). Kemana - mana dikawal jadi merasa lebih aman. Kalau hilang pasti dicari sampai ketemu (ya, iyalah, kalau presiden hilang bagaimana nasib negaranya?). Punya Istana sendiri (tuh, istana presiden). Dan banyak impian lainnya yang membuatku ingin jadi presiden.

Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai tahu bahwa menjadi presiden itu tidak semudah kelihatannya. Sering kali saya melihat seorang presiden dijelek - jelekan (seperti gambar disamping). Selain itu, saya baru tahu jika presiden itu sangat sibuk, sibuk mengatur negaranya. Saya pun berpikir, bagaimana dia bisa mengatur negara yang sebegitu besarnya. Mengatur diri sendiri saja terkadang saya masih kesulitan.

Tapi, saya masih tetap boleh bermimpi menjadi presiden bukan ? karena "hidup itu dibangun dari impian". Impian itu boleh direalisasikan boleh juga tidak, jadi sah - sah saja jika saya menulis hal - hal aneh yang akan dilakukan jika saya jadi presiden bukan ?

Yang pertama adalah memangkas jumlah partai politik. Mungkin kebijakan ini akan dicap beberapa orang sebagai kebijakan orde baru. Tapi, tahukah anda, bahwa setiap partai politik itu mendapat kucuran dana dari anggaran negara (yang tentu saja jumlahnya tidak sedikit). Semakin banyak partai politik maka akan semakin banyak anggaran yang dikeluarkan untuk partai - partai tersebut. Bayangkan jika setiap partai politik mendapat kucuran dana 50 juta saja, dan sekarang ada sekitar 20 partai politik, anggarang yang diperlukan = 1 Milyar. Itu jika kucuran dananya hanya 50 juta, itu jika partai politiknya hanya 20, dan hitungan itu baru untuk sekali bantuan politik. Bagaimana jika kucuran dananya 100 juta ? bagaimana jika jumlah partai politik ada 50 ? bagaimana jika setiap partai mendapatkan kucuran lebih dari sekali ? bisa anda bayangkan sendiri bukan ?

Yang kedua adalah melaksanakan politik Mercusuar. Sekali lagi, mungkin beberapa orang juga akan mengecap ini sebagai kebijakan orde baru. Dalam pikiran saya, politik mercusuar adalah membangun daerah perbatasan. Ah, yang saya maksud bukan hanya membangun, tapi mengutamakan pembangunan daerah perbatasan. Seperti yang anda lihat, daerah perbatasan adalah daerah yang rawan diambil oleh negara lain. Jadi saya ingin mengutamakan pembangunan di daerah perbatasan. Jika keadaan di perbatasan sudah stabil, baru saya akan melanjutkan pembangunan di daerah pusat.

Ok, saya rasa cukup ini saja dulu. Terima kasih sudah membaca.